ASAP
Cerpen 14.13
Metha tak habis pikir, bagaimana orang-orang bisa begitu mencintai asap itu? Padahal, tidak ada untungnya sama sekali bagi mereka. Karena dalam asap itu, tidak pernah keluar Jin yang akan mengabulkan semua permintaan mereka. Tidak juga hantu-setan-dedemit yang menyeramkan. Selain hanya sakit yang akan mereka rasakan dikemudian hari.
Sebagaimana dulu, saat Metha berusia belasan tahun. Dimana dia menemukan Ayahnya terbujur kaku di kursi teras rumah mereka. Dengan tangan masih menggenggam bara api, terselip diantara jarinya, yang menciptakan asap yang menari-nari ditiup angin. Dari tubuh Ayah juga, asap keluar dari semua pori-pori tubuhnya, dari mulutnya, telinga dan juga dari lubang mata Ayah.
Saat di lakukan otopsi oleh pihak rumah sakit, ditemukan bahwa semua organ tubuh Ayah Metha telah bolong dan juga berasap. Bahkan pada saat akan dilakukan penguburan, sepanjang jalan selama jasad Ayah berada di keranda. Asap selalu menyelinap keluar dari keranda. Seperti sebuah Lokomotif yang tengah berjalan menuju tempat pemakaman.
Tidak berbau busuk, memang. Tapi meskipun begitu, peristiwa tersebut sempat membuat seluruh keluarga Metha merasa terpukul. Kebiasaan Ayah mengkonsumsi asap itu memang sudah tak bisa dilarang-larang. Bahkan kerap menjadi pemicu pertengkaran antara Ayah dan Ibu. Dan pada akhirnya, Ibu memilih untuk membiarkan Ayah melakukan kesenangannya itu.
Sempat Metha berfikir, akan alasan Ayah yang kecanduan mengkonsumsi asap itu. Semua semata karena banyak hal yang dapat dilihat Ayahnya dari kepulan asap yang ia ciptakan. Kumpulan asap menembus imajinasi Ayah tentang semua keinginan dan harapannya yang tak pernah terpenuhi. Sekedarnya saja berbincang melalui bentuk-bentuk dari kepulan asap putih yang meliuk-liuk di udara. Mengusir kesendiriannya melewati malam-malam dingin di teras rumah.
Tapi semenjak kematian Ayah, Metha baru mengetahui bahwa Asap-asap itu begitu jahat, seperti setan yang menjelma menjadi sahabat. Tapi kemudian membunuh pemujanya perlahan dengan racun yang menggerogoti habis tubuh mereka. Sampai pada akhirnya sakit dan kematian menimpa para pemujanya. Sejak itu pula Metha begitu membenci asap-asap itu.
Sebisa mungkin Metha menjaga kehidupannya agar tidak menjadi bagian dari kejahatan asap itu. Setiap kali keluar rumah, Metha selalu mengenakan masker. Karena Metha bisa melihat setan-setan asap itu bisa keluar dengan wujud yang lebih menyeramkan lagi. Mereka berwarna hitam pekat, yang keluar dari setiap kendaraan yang lalu lalang di jalan raya. Yang menerjang siapa saja yang berada di dekatnya, dalam menggerung mengeluarkan suara-suara bising yang memekakan telinga. Dengan tampang bengis siap mencabut nyawa siapa saja yang ada dijalanan.
Bertahun-tahun Metha menyisihkan uang, agar bisa menghindar dari kepungan asap-asap itu di jalanan. Memiliki mobil adalah satu-satunya solusi yag paling mungkin, yang bisa menyelamatkan Metha dari asap-asap itu. Meskipun Metha sadar, karena pada akhirnya dirinya juga telah menjadi bagian dari para pencipta asap itu. Karena bagaimana pun juga, asap itu pasti tercipta dari kendaraan yang ia miliki. Biarlah, paling tidak bukan dirinya yang menjadi korban, pikir Metha saat itu. Sikap yang egois, mungkin. Tapi toh, Metha selalu berusaha agar setan-setan itu bisa dijinakan dan tidak berbahaya bagi semua orang. Meskipun harus merogoh kocek lebih dalam untuk melakukan hal itu.
Sebagian teman pria Metha kadang jengkel dibuatnya. Karena mereka selalu saja diganggu kesenangannya oleh Metha. Setiap saat mereka hendak menikmati kepulan asap itu.
“Tolong, ya, jangan mengkomsumsi asap disini. Dilarang mengasap disini!” seru Metha dengan mata melotot kepada mereka. Orang-orang terdekat Metha sebagian bisa memaklumi, namun sebagian tetap tidak bisa menerima perlakuan Metha itu. Tapi mereka lebih takut akan kemarahan Metha. Sehingga dengan terpaksa mereka mengalah, dan selalu sembunyi-sembunyi saat melakukannya.
Bahkan tak jarang Metha terlibat pertengkaran dengan seseorang yang tidak dikenal. Ketika Metha mendapati orang tersebut tengah asik melepas imajinasi dengan kepulan asap itu di dekat Metha. Awalnya, Metha meminta dengan sopan kepada orang itu. tapi ketika orang tersebut seolah tak perduli atas permintaan Metha. Metha berubah beringas, dan sangar. Bagai seekor kucing yang terinjak ekornya, memaki habis-habisan orang tersebut. Sampai akhirnya orang tersebut mengalah dengan wajah yang memerah karena malu dan juga marah
Akhirnya Metha menikah dengan Edward, lelaki yang diyakininya bukan pemuja asap. Karena tak pernah sekalipun dirinya mencium bau asap dari mulut Edward dan juga tubuhnya. Pernikahan meriah digelar sedemikian mewah. Dan dari pernikahan itu Metha dikaruniai 3 orang anak yang manis-manis lagi pintar.
Kehidupan bahagia yang terbebas dari segala macam asap tentunya. Kebahagiaan tak terlukis dirasakan Metha. Dia pun tetap mengawasi keluarganya, Edward suaminya dan juga anak-anaknya dari kejahatan asap.
Pada suatu hari, peristiwa menghebohkan telah terjadi. Dimana secara tiba-tiba kehidupan manusia di dunia ini, dipenuhi kepulan asap hitam yang menghalangi pandangan setiap orang. Bentuknya seperti Raksasa dengan mata yang merah menyala, dan juga bertanduk. Dan pada saat dia tertawa, terlihat deretan giginya yang runcing. Bergerak bebas sesuka hatinya. Menyelubungi setiap orang yang berada dijalanan.
Sesak. Setiap orang tiba-tiba merasa sesak, sulit untuk bernafas. Karena kumpulan asap hitam yang bergerak itu, penuh dengan racun-racun yang akan menghangus setiap organ tubuh manusia. Satu persatu, banyak orang jatuh terkapar disembarang tempat. Dengan tubuh menghitam, mata melotot dan mulut yang menganga setelah sebelumnya berusaha menggapai-gapi udara yang bersih.
Seluruh manusia panik dibuatnya. Mereka berhamburan masuk kedalam rumah, dan kendaraan mereka. Dan karena pandangan terhalang asap hitam itu, maka banyak terjadi kecelakaan. Api mulai terlihat dimana-mana, membumbung tinggi, melahirkan asap-asap baru yang menjadi pengikutnya Asap Raksasa itu. Sebagian telah menggabungkan diri, dan menjadikan Asap Raksasa itu semakin besar bentuknya. Semakin menguasai kehidupan manusia dan meracuni udara dengan racun yang mematikan.
“Ini pasti karena perbuatan para pemuja asap itu, Pah!” seru Metha marah, sambil mengintip dari balik jendela melihat keadaan di luar. Sementara anaknya memeluk erat tubuh Metha dalam ketakutan.
“Apa mungkin sampai demikian hebatnya, Mah?” ucap Edward sambil bertanya.”Aku rasa bukan karena mereka. Lihatlah! Asap itu begitu besar”
Metha melongok keluar. Dalam hatinya membenarkan ucapan Edward. Pertanyaan muncul dalam benaknya,”Lalu darimana asalnya asap itu, Pah?”
“Entahlah.., ada baiknya kita tetap di rumah sampai kita mendapat khabar dari pemerintah”
….
Mereka sekeluarga duduk di depan televisi yang menyala. Menunggu kabar dari pemerintah, yang berkaitan dengan asap itu. Akhirnya kabar yang mereka tunggu datang juga. Di televisi, President sedang mengumumkan situasi Siaga 1 dalam menyikapi masalah yang ada. Dan meminta agar rakyatnya tidak panik, meski telah banyak korban yang berjatuhan.
Rakyat diharapkan tetap percaya pada kinerja pemerintah dalam menanggulangi masalah asap tersebut. Betapa President mengetahui, bahwa kepercayaan rakyat telah berkurang, bahkan hilang sama sekali. Apalagi telah terbukti bagaimana ketidakbecusan pemerintah dalam menanggulangi masalah Lumpur Lapindo dan bencana alam lain yang pernah terjadi di negeri ini.
…
Di minggu ke-dua sejak peristiwa itu, kembali hadir sebuah kabar di televisi dari seorang ahli yang tengah menangani masalah asap tersebut. Di kabarkan, bahwa sesungguhnya bumi ini telah kehilangan udara bersih sama sekali. Karena bumi saat ini, berada dalam kondisi gersang dan tandus. Terlebih lagi hutan-hutan yang biasanya mampu menciptakan udara yang sehat dan segar telah dibabat habis Di kota-kota besar, sama sekali tidak ada lagi penghijauan. Di semua lahan yang ada, telah dibangun gedung bertingkat, perumahan dan juga Mall besar. Belum lagi racun yang dihasilkan dari banyak kendaraan dan Pabrik Industri.
Semua hal itu telah mengikis habis udara sehat yang dibutuhkan setiap manusia di dunia ini. Dan perlahan-lahan, Asap-asap yang mengandung racun dan limbah kimia itu bermutasi. Menjadi raksasa yang saat ini tengah menguasai kehidupan manusia di Bumi.
Metha diam menyaksikan kabar itu. Isi Kepalanya telah di penuhi dengan banyak pertanyaan yang mengganggu. Betapa semua asap yang selama ini ada dalam pikirannya telah benar-benar telah berwujud nyata dalam kehidupan. Setiap bentuk yang tercipta dari setiap hisapan para pemuja itu, memang selalu beragam. Selama ini, tak jarang Metha menyaksikan dari kejauhan. Mimpi-mimpi yang dimiliki para pemuja yang tengah duduk termenung itu, terwujud dalam kepulan asap itu. Lalu yang apa yang sesungguhnya terjadi saat ini?.
Tba-tiba, sang ahli yang tengah menyampaikan kabar itu jatuh menggelepar. Seluruh orang di stasiun televise itu heboh, dan secara bersamaan gambar dalam televisi mereka berubah menjadi ribuan semut yang berkumpul tumpang tindih. Edward mencoba mengganti channel yang lain. Namun didapati hal yang sama.
Dan tiba-tiba juga, Edward terjatuh menggelepar, disusul anak-anak. Metha panik mendapati hal yang demikian. Dia langsung menjatuhkan diri memeluk suami dan anak-anaknya sambil menangis, berteriak menyebut nama mereka. Lalu saat tubuh mereka berhenti menggelepar, seiring itu pula asap hitam keluar dari tubuh mereka. Menari-nari di udara memenuhi ruang, berwujud mahluk-mahluk yang menakutkan.
Metha mundur beberapa langkah dalam ketakutan. Berlari menuju kamarnya untuk bersembunyi. Namun asap hitam itu mengejarnya, masuk dari cela pintu dan jendela. Menyeringai dengan tatapan mata yang merah menyala. Metha benar-benar dalam ketakutan, bersebunyi di sudut kamar memeluk tubuhnya sendiri. Berteriak-teriak meminta tolong. Dan karena takut melihat wujud asap yang semakin mendekat. Metha menyembunyikan wajah di antara kedua lutut yang ia peluk.
Tapi bersamaan dengan itu, tubuh Methapun secara tiba-tiba menggelepar dengan mata yang melotot seolah menahan sakit. Disaat tubuhnya berhenti menggelepar, dari jasadnya yang mati, keluarlah asap hitam dari pori-pori dan semua lubang dalam tubuhnya. Asap itupun menggabungkan diri dengan asap-asap yang keluar dari tubuh suami dan anak-anak Metha.
………….
Tak jauh dari kota, di sebuah Tempat Pembuangan Akhir sampah. Api besar telah menguasai tempat itu, membakar semua sampah yang ada. Dari api yang semakin membesar itu, asap hitam tercipta, membumbung tinggi dan memenuhi angkasa. Semakin besar api itu, semakin besar pula asap itu. Menjadi muara dari Asap Raksasa yang kini telah menguasai kehidupan manusia.